Mas Hari si Penari Calung di Malioboro

Pada malam hari saya mengunjungi Malioboro Yogyakarta yang ramai banyak wisatawan mancanegara dan domestik, disitu banyak berbagai event dalam rangka memeriahkan suasana dijalan Malioboro, karena untuk menghibur para pengunjung, dan para penjual berbagai makanan khas jogja, ditempat inilah saya melihat para pengamen angklung jalanan yang beralunan musik klasik. Menariknya, para pengamen ini tidak mengelilingi dari warung ke warung, melainkan memainkan musik disatu tempat yang sudah dipilih, dan mereka ‘begaya’ melalui musiknya.

Disepanjang Malioboro, dari depan Mall Malioboro ada beberapa pengamen sejenis, yang tentu saja alat musiknya berbeda. Ada yang memainkan angklung, namun ada pula yang berkreasi dengan alat musik yang dibuatnya sendiri, misalnya alat musik dari tong plastik dan lainnya.



Para pengamen mengalunkan lagu dan orang yang lewat sembari mendengar lagunya yang dinyanyikan, terkadang memberikan uang yang dimasukan pada kotak yang sudah disediakan di depan para pengamen. Seringkali mendapat sambutan dari pengamennya: ‘Terimakasih…’

Padatnya pengunjung Malioboro sekaligus dimeriahkan oleh suara musik dari para pengamen. Suara kendaraan yang melintasi jalan Malioboro, Seakan bersaing dengan suara pengamen tersebut. Dan istimewanya para pengamen merasa tidak terganggu, justru mereka terus bermusik dan kelihatan wajahnya gembira, dan para pengunjung menikmati musik tersebut.

Menurut Chandra salah satu penonton di tempat itu, “Musik mereka sangat atraktif dan menghibur sehingga saya itu tidak bosan untuk menonton lama-lama. Alunan musiknya enak didengar, apalagi ada penari yang kocak. Pokoknya seru kalo nonton disini” .

Ada mobil dengan plat motor luar kota memperlambat kendaraannya dan kacanya dibuka, dari balik jendela mobil mengambil gambar dengan kamera digital. Sambil terus bernyanyi, pengamen seolah tidak mempedulikan kalau dirinya sudah berulangkali dipotret, bukan hanya oleh orang yang berada di mobil, oleh siapa saja yang lewat dan membawa kamera tak melewatkan moment, yang baginya menarik untuk dipotret. Suasana di Malioboro seakan rame dengan adanya para pengamen jalanan tersebut.

Di Jogja kita bisa melihat banyak pengamen jalananan di Malioboro pada malam hari. Tidak hanya mengandalkan satu gitar, tapi berbagai alat musik dapat berirama. Para pengunjung sangat menikmati musik tersebut. Orang tidak perlu membeli tiket, cukup memberikan uang sekedarnya yang dimasukaan ke kotak yang telah disediakan. Dan lagi, salah satu pengamennnya tidak perlu harus keliling membawa kaleng, agar orang yang dihibur memberi sumbangan.

Di Malioboro memang ada banyak pengamen yang keliling berpindah dari satu warung ke warung lainnya, tetapi tidak banyak yang bisa melalukan musik dengan indah seperti pengamen di angklung jalanan. Namun, pengamen yang agaknya imajinasinya sedang melakukan petunjukkan ini, mengambil satu tempat dan tidak lagi berpindah. Dari tempatnya itu mereka mengalunkan lagu sembari bermain musik. Tidak jarang, ada yang sambil joget. Orang yang lewat di Malioboro, jalan kaki atau menggunakan kendaraan, langsung bisa melihat ‘pertunjukan’ dari para pengamen itu.

Banyak orang yang mengendarai kendaraan untuk berhenti dan menyasikkan alunan musik klasik dari para pengamen Angklung jalanan. Tidak enak rasanya jika di Malioboro tidak menyasikkan para pengamen angklung jalanan ini. Karena disinilah Malioboro menjadi ciri khas yang didatangi oleh banyak pengunjung. Meskipun para pengunjung menyasikkan dengan berdiri, tetapi mereka tetap menikmati. Jarang sekali para pengamen Angklung ini ditemui di banyak tempat. Seni musik jalanan seperti ini sangat susah dicari di Indonesia, karena di dalamnya tidak hanya ada unsure seninya saja tetapi juga mencakup budaya dan attitude bangsa Indonesia. Para pengamen jalanan seperti inilah yang pantas kita apresiasi eksistensinya.

Comments

Popular Posts